Analisa Debat Capres Pertama dari Sudut Pandang Speak by Data, Emotional Quality dan Smart Argue

Headline, Nasional, Politik2376 Dilihat

Oleh : Sjamsoel Ridzal

Foto : Suasana Debat Capres Pertama di gelar KPU, Selasa 12 Desember 2023

beritajejakfakta.id -Ada beberapa catatan penulis tentang debat Capres Pertama yang di selenggarakan KPU, 12 Desember 2023, mulai jam 19.00 hingga 22.00.

Penulis akan coba klasifikasikan performance para kandidat Presiden itu dari segi: 

1. Speak by data

2. Emotional Quality

3. Smart Argue

Dari 3 poin itu, maka kita coba telaah sebagian saja dari debat capres, terutama ketika para calon saling bertanya pada calon lainnya.

1. Prabowo bertanya pada Anies

Tanya (Prabowo):

Anggaran DKI yang sekitar 80T, dan Jawa Barat yang sekitar 50T, jika di korelasikan dengan index polusi udara, mengapa DKI yang anggaran nya lebih besar, index polusinya lebih tinggi?

Jawab (Anies):

Di analogikan penanganan Covid, ada satu wilayah yang punya alat PCR terlihat data Covid tinggi, tapi ada wilayah yang tidak punya alat PCR, terlihat data Covid nya rendah, itu bukan karena wilayah itu bebas Covid, tapi karena tidak punya PCR.

Belum selesai Anies menjawab, Prabowo terlihat emosional menjawab, bahwa pertanyaan bukan soal Covid.

Anies tersenyum sambil katakan, biarkan saya selesaikan dulu pak, itu analogi nya, soal sebenarnya tentang polusi itu, DKI memiliki alat pendeteksi polusi udara, itu di pakai setiap hari, artinya, data yang muncul harusnya setiap hari polusi tinggi, jika polusi memang berasal dari kendaraan.

Jadi DKI akan senantiasa terpantau masalah polusi nya di banding daerah lain yang mungkin tidak ada alat Pemantau polusi.

Alat itu di pakai setiap hari, dan nyatanya, data dari alat itu fluktuatif, ada kalanya polusi tinggi, ada kalanya polusi rendah, itu ternyata bisa di konfirmasi dari angin yang bertiup berubah ubah arahnya, terkadang dari arah barat Jakarta (Banten dan Sumatera) atau sebaliknya dari Jakarta menuju ke wilayah tersebut.

Logikanya jika polusi datang dari kendaraan, data polusi akan tetap sama dari hari ke hari, nyatanya tidak demikian.

Prabowo menyangkal lagi, dan berkata , susah jika menyalahkan angin, jadi apa sebaiknya di DKI tidak ada pemimpin saja? Di sini Prabowo berdebat dengan tidak etis menurut penulis, karena berupaya menghina dan bukan mendebat.

Di jawab lagi oleh Anies, inilah contoh; pemimpin yang bicara dengan data dan pemimpin yang bicara dengan intuisi.

Pemimpin itu harus mengedepankan science sebagai alat penunjang kebijakan (Ucapan Anies ini mendapat sambutan gemuruh penonton), dan membuat Prabowo terdiam.

Dalam debat Prabowo vs Anies, menurut penulis, Anies unggul dalam hal data dan emosi, sekaligus smart argumentasinya.

Komentar