Terinspirasi Sumpah Pemuda, Pentingnya Kolaborasi Berbagai Ilmu Wujudkan Budaya Lokal Jadi Episentrum Peradaban Dunia

Saat ini, lanjut Abah Komar, budaya lokal bekasi belum menjadi episentrum, belum terbangun ekosistem kebudayaan yang memungkinkan budayawan dan seniman bisa hidup sejahtera dari aktivitas berkebudayaan atau berkesenian.

“Wajar saja kemudian penggiat seni nyebrang ke provinsi lain karena di sana difasilitasi maksimal. Bahkan ada yang nyebrang ke negara lain. Ini yang harus kita perjuangkan. Jangan sampai selalu saja. Lulusan SMA di Bekasi hanya bermimpi menjadi karyawan Pabrik,” ucap Abah Komar prihatin.

Sementara Tito menambahkan bahwa musik tradisional merupakan warisan leluhur orang tua kita.

“Selalu saja ada jiwa di sana. Vibrasinya merasuk ke dalam jiwa yang tenang. Saya sudah mainkan semua musik, termasuk musik modern. Terasa sekali perbedaan apabila saya main musik tradisional (menyentuh) jiwa!” ujar Tito.

Namun hari ini, lanjut Tito pemusik, pelukis, perupa masih belum menjadi profesi Idola.

Bahkan orang-orang tua masih banyak yang belum Ikhlas, bila anaknya menjadi musisi atau seniman.

“Itu juga yang menjadi landasan dihelatnya acara Pameran Lukisan dan Workshop Seni di Sumarecon ini. Kami berharap agenda ini menjadi trigger dari tumbuhnya ekosistem kebudayaan di Bekasi, ” ucapnya optimis.

Agenda ini rencananya akan terus berlanjut ke seluruh jejaring kampung Bekasi.

“Saya mengajak seluruh anak muda penggiat seni dimana pun berada. Terus semangat. Tetap istiqamah di jalan kebudayaan ini. Jangan pernah mundur hanya karena ujian. Daya Tahan. Konsistensi, ” tutupnya. (SF)

Komentar