Dalam acara “Dialog Sosialisasi Pencegahan Stunting” yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) ini, Puan mengatakan, remaja, baik perempuan maupun lelaki perlu mengetahui langkah-langkah pencegahan stunting karena penurunan angka stunting yang saat ini masih tergolong tinggi harus dilakukan dari hulu.
“Pengetahuan tentang kesehatan seperti soal stunting dan bagaimana cara mencegahnya ini perlu juga diketahui oleh remaja seperti adik-adik karena suatu hari nanti kan kalian juga akan menikah dan jadi orang tua. Tapi ingat lho, menikah itu harus di usia yang ideal dan harus dimulai dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab,” kata Puan yang disambut senyum dan tepuk tangan remaja GenRe.
Stunting atau kondisi kurang gizi kronis dalam jangka waktu panjang yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak, masih merupakan ancaman serius di Indonesia, dan memerlukan penanganan yang tepat.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%.
Dengan prosentase itu, artinya terdapat sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di Indonesia mengalami stunting.
Angka tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan ambang batas 20% yang ditetapkan WHO.
Penurunan stuting ke angka 14%, menjadi salah satu program prioritas yang ditargetkan oleh pemerintah Indonesia pada 2024 mendatang.
Komentar