Otopsi ulang Brigadir Joshua termasuk otopsi dubur Brigadir Joshua sendiri sudah dilakukan pada Rabu 27 Juli lalu.
“Hari Senin mau ada laporan hasil otopsi. Apakah ada serangan kelamin terhadap Joshua. Serangan kelamin, misalnya dipotong. Mungkin. Karena itu diminta kaluarganya,” ujarnya.
Kendati Sugeng belum membenarkan adanya motif LGBT dalam kasus kematian Brigadir Joshua, namun pernyataan Kadiv Humas Polri dan Menko Polhukam Mahfud MD seakan membenarkan bahwa motif pembunuhan Brigadir Joshua terkait dengan LGBT.
“Tapi pernyataaan itu (LGBT) terwakili dengan pernyataan Dedi Prasetyo. Kasihan kedua belah pihak. Pak Mahfud mengatakan, motif ini 18 tahun ke atas. Menjijikkan,” ujarnya.
Menurut Sugeng, isyarat motif menjijikan itu yang disebut Mahfud MD sebenarnya tak mengarah kepada kontek perselingkuhan.
Pasalnya perselingkuhan itu merupakan hal biasa terjadi di tengah masyarakat.“Menjijikkan. Nah menjijikkan itu apa. Kalau misalnya selingkuh tidak menjijikkan.
Selingkuh itu sesuatu yang biasa kalau dia hiperseksual,” beber Sugeng.
Berbeda halnya dengan konteks seksual yang menjijikkan. Jelas hal tersebut hanya mengarah kepada kasus LGBT.
“Tapi kalau konteks seksual yang menjijikkan itu dalam sosial kita yang tidak bisa diterima. Ya LGBT,” ujarnya.
Komentar