Palestina, beritajejakfakta.id – Kekurangan tenaga kerja karena kerugian akibat perang di Gaza membuat para menteri di Kabinet Keamanan Israel memilih memperpanjang wajib militer menjadi 36 bulan.
Upaya tersebut dilakukan dengan alasan kekurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh kerugian yang diderita dalam perang di Gaza.
Mengutip The Cradle, keputusan itu akan disampaikan untuk persetujuan pemerintah pada hari Minggu (14/7/2024) dan kemudian diserahkan untuk legislasi Knesset.
“Perpanjangan menjadi 36 bulan akan berlangsung selama delapan tahun, setelah itu akan dikurangi menjadi 32 bulan lagi, tergantung pada kondisi keamanan,” kata laporan tersebut.
Sementara, wajib militer dikurangi dari 36 bulan menjadi 32 bulan pada tahun 2014, tetapi tentara Israel membutuhkan tenaga kerja tambahan setelah menderita kerugian signifikan dalam 10 bulan pertempuran dengan pejuang dari sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam.
Lebih lanjut laporan itu menyebut, meski berhasil menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan puluhan ribu warga sipil Palestina, militer Israel belum mampu mengalahkan Hamas dan membubarkan brigade tempurnya.
Tercatat sejak 7 Oktober, Brigade Qassam telah membunuh ratusan tentara Israel dan melukai ribuan lainnya yang diperkirakan tidak akan kembali ke medan perang.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah menekankan perlunya lebih banyak tentara dalam beberapa minggu terakhir, termasuk dari kalangan populasi Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi) Israel.
Menurut sumber yang sama, pada hari Selasa, Gallant mengumumkan bahwa militer akan mulai merekrut anggota Haredi mulai bulan depan.
Komunitas ultra-Ortodoks tersebut telah menolak keras perekrutan anggota militer, dengan menyatakan bahwa studi agama Torah lebih diutamakan daripada berjuang untuk negara.
Komentar