Jakarta, beritajejakfakta.com – Sungguh terharu mendengarkan kisah hidup Muhammad Reza sang syuhada yang tewas secara tragis. Reza salah satu dari enam laskar Front Pembela Islam (FPI) yang tewas dengan luka tembak di Tol Cikampek Km 50, Karawang, Jawa Barat dalam perjalanan mengawal Habib Rizieq Shihab.
Empat hari sebelum dikabarkan tewas, menurut sang Ibu bernama Tuti Suryani mengaku merasakan perilaku Reza yang tidak seperti biasanya ada kejanggalan yang dirasa aneh.
Biasanya kata Ibunya , Reza selalu pulang ke rumah meskipun sudah tengah malam. “Sudah empat hari Reza tidak pulang biasanya kalau habis dari acara FPI langsung pulang. Meskipun tidak tidur di rumah , Reza pasti pulang dan tidur di pos RW,” tuturnya.
Penghasilannya sebagai hansip sebesar Rp 200.000/ bulan tak membuat Reza lupa pada tugasnya menjaga keamanan di tempat tinggalnya di Jl. Pasar Baru Timur Dalam No. 9 Rt 010/04, Kel. Pasar Baru, Kec. Sawah Besar Jakarta Pusat.
Pria lajang kelahiran, Jakarta, 7 Juni 2000, selain bekerja sebagai hansip, sehari – harinya Reza membantu memasak nasi untuk dijual di warung nasi emaknya.
” Kadang – kadang jadi tukang parkir. Beberapa hari terakhir sebelum tiada Reza kasih saya uang hasil dari tukang parkir Rp. 20 ribu, terus sorenya saya dikasih Rp. 10 ribu lagi. Saya sempat nolak, ga usah Reza, emak masih ada uang, kan kemaren sudah dikasih. Tapi dia tetap bilang ga apa – apa mak. Ini buat emak jajan,” ucapnya terharu.
” Reza pengen banget jemput Habib, biarpun belum dikabarkan pasti pulang ke Indonesia. Dia pengen jemput habib dengan temen – temennya,” ucapnya haru.
Reza merupakan anak bungsu dari sepuluh bersaudara dan anak yatim yang ditinggal ayahnya wafat semenjak ia berusia 6 bulan.
Kehidupan dan tempat tinggal ibunya bersama tiga saudara lainnya jauh dari kata layak. Rumah panggung ukuran 2 x 3 meter yang merupakan bekas musholla pemberian orang dermawan ditempati ibu dan kakaknya.
Karena rumah orang tuanya sempit, Reza lebih memilih tidur di pos RW setiap harinya. Karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu, Reza hanya bisa duduk di kelas 3SD dengan kondisi yang belum bisa lancar membaca.
” Tapi semangat banget kalau untuk ikut pengajian dan bergabung di FPI. Anaknya ga macem – macem, ga neko – neko kaya anak kebanyakan yang suka mabuk, berantem. Alhamdulillah ikut tauziah di FPI makin baik saja,” ungkap sang Ibu.
Reza sudah pamit ke ibunya pergi ke Markas FPI sejak Kamis , (6 /12/2020) namun di hari Senin (10/12/2020) mendaptkan kabar Reza hilang saat mengawal habib. Lalu dikabarkan tewas dengan luka tembak dan sampai saat ini belum ada titik terang tentang kasus tewas nya Reza apakah karena ditembak polisi gara – gara menyerang aparat atau sengaja ditembak oleh aparat?
Bagi keluarga Muhammad Reza, peristiwa itu masih misteri dan sangat berharap keadilan dan kebenaran segera terungkap karena sampai saat ini, keluarganya masih trauma dengan tewasnya Reza yang sangat tragis.
” Apalagi dituduh bawa senjata api dan senjata tajam, kami menolak tuduhan itu. Baju seragam FPI saja nyicil. Saya berharap keadilan dan kebenaran segera terungkap dan menghukum pelakunya seadil – adilnya,” kata Tuty Suryani dengan wajah sedih. (SF)
Komentar