Bekasi Creative Week: Peningkatan Kuantitas Penerbitan Buku lewat Pengenalan Literasi Sejak Dini

Kota Bekasi, beritajejakfakta.com – Dalam rangka peringatan HUT Kota Bekasi, Bekasi Creative Hub (BCH) yang baru dirintis menyelenggarakan Bekasi Creative Week yang diinisiasi oleh 17 subsektor Ekonomi Kreatif (Ekraf) Bekasi.

Salah satunya acara yang diprakarsai oleh subsektor penerbitan yang telah sukses dilaksanakan secara daring Sabtu sore lalu, tanggal 27 Maret 2021.

Acara tersebut memiliki tema Peningkatan Kuantitas Penerbitan Buku lewat Pengenalan Literasi Sejak Dini dengan menghadirkan tiga orang narasumber yang mempunyai pengalaman masing-masing di bidangnya, yaitu Nadiah Abidin, Tri Aditya Respati dan Ernawati Lilys.

Selain itu acara ini juga menghadirkan Wiwiek Hargono sebagai Bunda Literasi Kota yang juga hadir sebagai Keynote Speaker.

“Harapannya dengan adanya acara ini membuka kesempatan bagi para penulis dan penerbit untuk mampu membangkitkan literasi anak bangsa terutama di Kota Bekasi melalui karya -karyanya yang edukatif, kreatif, menarik dan bermanfaat,” teranangnya

Acara ini dipandu oleh Lia Z. Ansor yang merupakan seorang guru, penulis dan ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Bekasi dan dimoderatori oleh Ali Satri Efendi, seorang dosen, penulis dan penggiat penerbitan.

 

Sebelum memberikan kesempatan pada para pembicara untuk menyampaikan materi, Ali menyampaikan sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Guardian tentang indeks literasi di berbagai negara.

Negara negara dengan literasinya paling maju ternyata adalah negara-negara nordik, dimana Finlandia menjadi yang pertama, disusul oleh Norwegia, Islandia, Swiss dan Swedia. Sementara Indonesia sendiri berada di posisi ke-60.

Hal ini juga dipaparkan dengan sangat detil oleh pembicara pertama, Nadiah Abidin yang menjabarkan berbagai data statistik berkaitan dengan literasi baca tulis.

Data yang ia tampilkan juga berisi tentang mental health rate selama pandemi COVID-19 yang sebetulnya bisa diatasi dengan membuat diri sendiri bahagia, salah satunya dengan cara membaca.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa selama pandemi, orang-orang dituntut untuk berkegiatan di rumah. Membaca dan menulis merupakan kegiatan sederhana yang bisa dilakukan di ruang pribadi seseorang,”tutur Nadiah Abidin.

Nadiah juga menunjukkan fakta – fakta perbedaan penerbitan buku di Amerika Serikat dan di Indonesia. Penerbitan buku secara indie di AS mencapai angka jutaan, sedangkat di Indonesia sangat jauh di bawahanya.

Fakta menarik lainnya yang disampaikan adalah jumlah perpustakaan di Indonesia yang ternyata terbanyak kedua di dunia. Hal ini tentu menjadi ironi jika dibandingkan dengan tingkat literasi di negara ini.

Nadiah Abidin adalah seorang dosen, penulis multigenre, penulis skenario, penerjemah dan edior dengan segudang kesibukan dan prestasi. Ia pernah meraih hibah untuk artikel ilmiah terbaik dari Yayasan ILOMATA, penghargaan naskah terbaik dari Asia Foundation, esai terbaik Kemenpora dan penghargaan lainnya.

Ia adalah pendiri Yayasan Cahaya Anak Negeri (CAN), sekretaris Bekasi Creative Hub, Co-Head Academic Relations Bangun Kota, serta sekretaris bidang pendidikan di ICMI Orda Bekasi dan tim percepatan program Asosiasi Dosen Indonesia (ADI Bekasi Raya).

Pembicara kedua adalah Tri Aditya Respati yang merupakan seorang Digital Strategist dan Penulis. Ia merupakan Certified Digital Strategist Columbia Business School, NY, USA, pendiri Portal Media Group, co-founder PT. Ordinar Visi Mulia, Kepala Sekolah Muamalah Indonesia, co-founder start up Syirkah Muamalah Indonesia serta pendiri PT. Syirkah Wasilah Madani.

Dalam presentasinya, Tri Aditya menyampaikan berbagai macam tips dan studi kasus dalam berkarya, terutama menerbitan buku.

Salah satu studi kasusnya adalah desain karakter yang ia buat yang memperhatikan ketentuan Syariah Islam (dimana karakternya eyeless atau tidak ditunjukkan matanya). Ia menceritakan kalau banyak orang yang mengkritik desain tersebut, tapi Ia tetap konsisten dengan prinsipnya.

Studi kasus yang lain adalah ia menjabarkan proses ketika membuat buku Muamalah Untuk Anak dimana ia harus melalui berbagai tahapan, diantaranya analisa kebutuhan, kolaborasi, pemahaman keinginan pembaca, proses penulisan, proses desain karakter, persetujuan dan feedback.

Tri Aditya juga menyampaikan tips (yang ia kutip dari hasil survey AFCC / Asian Festival of Childrens Content) dimana para guru dan pustakawan menganjurkan perbanyak penerbitan buku non-fiksi yang memiliki grafis bagus dan kontekstual yang bisa menambah pengetahuan anak-anak.

Selain itu, materi juga diharapkan bisa mengedukasi orang tuanya. Sementara pembicara terakhir adalah Ernawati Lilys yang merupakan seorang ibu yang sangat aktif dengan berbagai kegiatannya.

Ia adalah seorang Asesor dan penulis fiksi bersertifikat BNSP, blogger, konsultan naskah dan mentor menulis. Ia telah menerbitkan puluhan buku dan ratusan artikel.

Ia menjadi pendiri Moms Institute, Keluarga Penulis dan Komunitas Perempuan Menulis. Ia memiliki banyak prestasi, diantaranya tim penerbit terbaik tahun 2019, juara menulis tantangan bekerja dari rumah tanpa ART Mothers on Mission.

Ernawaty juga juara cerita inspirasi prestasi bersama Kimia Farma Care, pemenang Bloggers Writing Competition bekal masa depan bersama Morinaga Chil-Go! Dan pemenang lomba resensi Forum Lingkar Pena (FLP).

Dalam materi presentasinya, Ernawati menjabarkan tentang adanya penjenjangan buku yang baik untuk anak-anak, apa saja jenis buku yang tepat untuk balita hingga anak usia 12 tahun.

Ia juga memberika tips tentang cara menulis cerita anak, apa saja yang dilakukan sebelum menulis, macam-macam cerita anak sebagai inspirasi menulis hingga pola penlisan cerita anak. Ia juga mengajak para peserta untuk langsung mempraktekan cara menuangkan ide dengan detil sesuai dengan materi yang ia sampaikan.

Peserta dengan karya terpilih berhasil mendapatkan door prize menarik berupa paket buku dan voucher. Hadiah-hadiah tersebut juga ditujukan untuk peserta yang bertanya pada pembicara serta peserta yang aktif menyampaikan informasi di media sosial.

Peningkatan Kuantitas Penerbitan Buku lewat Pengenalan Literasi Sejak Dini sebagai salah satu agenda Bekasi Creative Week yang dipersembahkan oleh Bekasi Creative Hub untuk HUT Kota Bekasi didukung oleh Gramedia, Lets Read Asia Foundation, Indiva Media Kreasi, Happy One Printing Framing & Adventuring, Cahaya Anak Negeri (CAN), Bangun Kota, MJB, Elgangga 100.3 FM.

Dan Bangun Kota, Institut STIAMI Bekasi, Yayasan Alo Media Indonesia, Paguyuban Abang Mpok Kota Bekasi, Forum Lingkar Pena (FLP) Bekasi, Bekasi Media, Bekasi Pedia TV, HIMPAUDI, Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) MPD Bekasi Raya, Teladanku, Radar Bekasi, ICMI Orda Kota Bekasi dan beritajejakfakta.com.(SF)

Komentar